G8, forum negara-negara maju yang terdiri dari Jepang, Kanada,
Prancis, Jerman, Italia, Rusia, Inggris, Amerika, serta Uni Eropa akan
bertemu di Hokkaido, pulau di sebelah Utara Jepang tanggal 7 -9 Juli
mendatang. Ini merupakan pertemuan tahunan yang diadakan untuk
membicarakan masalah-masalah hangat di dunia dan bagaimana cara
mengatasinya.
Tahun ini selain ekonomi dunia, pembangunan
negara-negara tertinggal, khususnya Afrika, serta masalah politik
seperti terorisme, isu lingkungan dan pemanasan global juga akan
dibicarakan dalam porsi yang cukup besar. Jepang, sebagai negara yang
akan menjadi tuan rumah dalam G8 Summit kali ini, juga kebetulan adalah negara di mana Kyoto Protocol yang terkenal dan kontroversial itu dilahirkan.
Tentu
saja kesempatan ini tidak disia-siakan Jepang. Pertemuan ini adalah
event besar yang bisa digunakan untuk melejitkan objek pariwisata Jepang
ke mancanegara. Untuk itu dipilihlah Danau Toyako di Hokkaido. Danau
Toyako selama ini kalah pamor dibanding kota tua Kyoto atau tempat
dijatuhkannya bom nuklir, kota Hiroshima, sebagai tujuan wisata.
Padahal, dengan alamnya yang asri, Danau Toyako tidak diragukan lagi
menyimpan potensi besar sebagai tujuan wisata. Ada museum patung di
udara terbuka yang mengelilingi danau, ada ropeway yang bisa
mengangkut turis untuk menyeberangi lembah dan jurang, dan yang tidak
kalah penting, santapan lezat yang bisa memanjakan perut.
Kali ini, Jepang ingin mengajukan konsep Cool Earth
50, suatu cita-cita demi mewujudkan bumi yang indah pada tahun 2050.
Inti dari proposal ini ialah membentuk strategi jangka panjang,
menciptakan kerangka internasional untuk mengatasi pemanasan global dan
mengadakan kampanye nasional demi mencapai target Jepang untuk
mengurangi emisi karbon sampai 6%, sesuai komitmen yang dijanjikan
Jepang pada waktu menandatangani Kyoto Protocol. Pemerintah
Jepang bahkan membentuk Tim Minus 6. Tim ini bertugas melakukan segala
tindakan yang diperlukan untuk mencapai target minus 6% emisi karbon.
Bangsa
Jepang menerima komitmen ini sebagai tanggung jawab nasional. Berbagai
tindakan yang cukup drastis dilakukan untuk mencapainya. Misalnya,
gerakan Cool Biz dan Warm Biz. Cool Biz, adalah singkatan dari Cool Business.
Orang Jepang biasa berpakaian rapi ke kantor setiap hari. Untuk pria,
mengenakan setelan jas dan dasi adalah suatu keharusan. Namun, mantan
Perdana Menteri Koizumi, segera setelah Kyoto Protocol dibuat, mendobrak
kebiasaan ini dan muncul di televisi hanya mengenakan kemeja lengan
pendek dan dasi. Ia menghimbau rakyat untuk mengikuti gaya berpakaian
ini pada musim panas, sehingga tubuh terasa lebih sejuk dan tidak perlu
memasang AC terlalu dingin. Dengan demikian, suhu AC di kantor bisa
dipasang lebih tinggi, yaitu 28 derajat Celcius. Hanya dengan menaikkan
suhu AC 1 derajat saja, 10% tenaga listrik bisa dihemat. Biaya listrik
dan emisi karbon otomatis berkurang. Sebaliknya pada musim dingin, Warm Biz, atau Warm Business dianjurkan. Dengan berpakaian tebal ke kantor, suhu pemanas ruangan bisa dipasang lebih rendah, yaitu 20 derajat.
Mobil Hibrida
Pada
tanggal 8 Juni yang lalu, perusahaan mobil Toyota di Jepang mengumumkan
akan menyumbang 78 buah mobil hibrida untuk G8 Summit. Tentu saja ini
merupakan salah satu strategi pemasaran Toyota untuk memperkenalkan
produknya ke seluruh dunia.
Mobil hibrida, atau hybrid car,
adalah mobil dengan teknologi terbaru yang belakangan ramai dibicarakan
di dunia otomotif. Disebut hibrida, karena mobil jenis ini menggunakan
dua sumber energi, yaitu bensin dan listrik.
Agar bisa dipakai,
sebuah mobil harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, harus bisa
menempuh jarak paling sedikit 300 mil, atau 482 Km sebelum energinya
diisi kembali, sehingga tidak merepotkan pengemudi. Kedua, pengisian
bahan bakar harus bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Ketiga, harus
sama cepat dengan kendaraan lain di jalan sehingga tidak menghambat lalu
lintas.
Mobil berbahan bakar bensin yang kita pakai sekarang bisa
memenuhi semua syarat ini, tetapi menghasilkan polusi yang berlebihan.
Sementara mobil bertenaga listrik, hampir tidak mengakibatkan polusi
sama sekali, namun hanya bisa menempuh jarak maksimum 50 Km setiap kali
isi ulang. Ditambah lagi, proses isi ulangnya sangat pelan dan tidak
mudah. Juga membutuhkan infrastruktur khusus. Mobil hibrida
menggabungkan keunggulan dari keduanya.
Dunia sudah lama
memimpikan mobil yang ramah lingkungan. Yaitu, mobil yang bebas emisi
karbon. Mimpi ini belakangan berubah menjadi suatu kebutuhan mendesak
karena harga BBM yang terus melambung. Selama teknologi bebas emisi
karbon, seperti mobil berbahan bakar hidrogen, atau alkohol masih
dikembangkan, mobil hibridalah paling mungkin dipasarkan luas karena
tidak membutuhkan infrastruktur baru.
Dengan teknologi hibrida,
ukuran mesin mobil yang bekerja dengan bensin bisa diperkecil karena
energi yang diperlukan untuk menjalankan mobil bisa juga didapat dari
motor listrik. Mesin mobil yang lebih kecil otomatis membuat berat mobil
lebih ringan. Sehingga mobil menggunakan energi yang lebih sedikit
ketika mendaki tanjakan. mobil juga didesain aerodinamis sehingga
gesekan dengan udara dapat dikurangi. Akumulasi dari semua ini membuat
penggunaan bahan bakar pun bisa dikurangi.
Dengan berbagai
teknologi yang demikian canggih, tidak heran kalau harga mobil hibrida
agak mahal. Kalau dipikir-pikir aneh juga, untuk menghemat ongkos
bensin, kita malah harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli
mobil hibrida. Sementara kocek kita belum mampu membeli teknologi modern
ini, ada cara-cara mengemudi untuk menghemat bahan bakar, bahkan dengan
mobil biasa sekali pun. Misalnya, dengan melaju lebih lambat. Gesekan
mobil dengan udara meningkat tajam begitu kita mempercepat laju mobil.
Ini membuat mobil jadi boros bensin.
Melaju dengan kecepatan tetap
juga lebih hemat bensin. Kenapa? Karena setiap kali kita mempercepat
laju mobil, kita menggunakan energi, kemudian ketika kita
memperlambatnya kembali, kita menggunakan energi lagi. Dengan
berulang-ulang mempercepat dan memperlambat mobil, kita menggunakan
energi dua kali lipat dibanding kalau kita melaju dengan kecepatan
tetap.
Satu lagi yang penting ialah, tidak berhenti mendadak.
Ketika kita berhenti mendadak, rem bekerja keras menyerap kecepatan
mobil dalam seketika dan mengubahnya menjadi panas yang kemudian
dibuang. Penyia-nyiaan energi yang tidak perlu.
Banyak hal-hal
kecil yang bisa kita lakukan untuk menolong bumi. Bahkan dengan
melakukan hal-hal sederhana di rumah. Mematikan lampu yang tidak
dipakai, misalnya. Tahukah anda, membiarkan televisi dalam keadaan stand by juga
memakan listrik ? Tindakan terbaik ialah mencabut kabelnya sama sekali
sebelum tidur. Atau kalau takut rusak karena berulang-ulang dipasang dan
dicabut, belilah sambungan listrik dengan tombol switch on/off.
Membiarkan komputer yang tidak dipakai menyala terus-terusan juga suatu
bentuk pemborosan. Ini juga tentunya bisa merusak mesin di dalamnya.
Ibu-ibu
juga bisa berpartisipasi mengurangi pemanasan global dengan sedikit
taktik di dapur. Misalnya, memanaskan wortel, dan terong di dalam microwave
terlebih dahulu sebelum direbus atau digoreng. Kentang akan menjadi
lunak dalam waktu singkat, dan ketika direbus, kita tidak perlu
memasaknya lama-lama. Untuk masakan daging yang perlu waktu lama seperti
rendang, kita bisa menggunakan panci bertekanan tinggi. Daging pun
melunak hanya dalam sekejap. Atau, bisa juga menggunakan sisa panas yang
terbentuk. Jadi, kalau biasanya kita menggunakan api selama 3 jam, lain
kali kita matikan api kompor setelah 2 jam berlalu. Dengan menutup
panci rapat-rapat, dan membiarkannya, panas yang tersisa akan bisa
memasak makanan lebih lanjut.
Menghemat energi memang susah-susah
gampang. Banyak yang mengabaikannya karena repot. Tapi inilah harga yang
harus kita bayar kalau kita mau anak cucu kita hidup mewarisi bumi yang
asri.
Minggu, 26 Februari 2012
, rem bekerja keras
03.54
No comments
0 komentar:
Posting Komentar